Tolak Ukur Kedewasaan Seseorang Bukan dari Usia

Tolak Ukur Kedewasaan Seseorang Bukan dari Usia
Tolak Ukur Kedewasaan Seseorang Bukan dari Usia
 

Sebenarnya sifat wanita pada umumnya itu seperti apa sih? Kenapa saya sangat sulit untuk mengerti perihal sifat wanita dan cara menyikapinya seperti apa? Setelah diawal episode kisah saya yang teramat sangat menyiksa batin nya (mantan), tetapi saya hanya bersikap biasa saja seperti bocah kecil yang belum tahu apa-apa. Padahal sudah SMA, itu pun saya masuk SMA 2 tahun setelah kelulusan SMP saya. Yang artinya umur saya jauh lebih tua dari temanku SMA yang lain. Namun secara pola pikir kenapa masih seperti bocah?

Apa karena pengaruh pergaulan, tontonan, bacaan, kehidupan sehari-hari yang monoton pada saat itu atau bagaimana? Sungguh saya sangat bertanya-tanya sekali. Menurut saya, saya memahami sifat diri saya sendiri seperti apa saja masih belum bisa, apalagi mau sok-sokan memahami sifat orang lain, terlebih wanita.

Kutulis cerita ini karena kepenasaranku meledak dahsyat setelah mantan yang dulu suka, sayang, cinta, pokok bucin banget sama aku kini datang kembali tetapi dengan sifat yang jauh amat berbeda setelah membaca tulisan saya yang saya posting tentang kisah kita berdua. Sepertinya saya saja yang menganggap kalau dia itu berubah karena saya tidak peka atau tak bisa memahami sifat dan karakternya. Padahal sudah bertahun-tahun kenal, mulai dari SMP selalu satu kelas dengannya, sampai sekarang belum juga bisa mengerti dia? Why? Ada apa denganmu Tomo? Setan apa yang ada dalam fikiranmu yang membuat kamu seperti orang yang.... Arkhh.

Baca : Tresno Pelampiasan

Saya coba tanya dengan teman seperjuangannya Lucia, jawabannya "dia memang seperti itu dari dulu". Saya coba introgasi adik laki-lakinya Bambang dia juga bilang begitu. Setelah saya fikir panjang, ternyata saya yang stuck didalam kondisi dunia yang setiap hari memiliki perubahan. Dengan kata lain, saya hanya ada dalam lingkungan yang sama tanpa ada perubahan. Dia sendiri juga bilang kalau saya itu tidak berubah, sama seperti dulu. Mulai dari sifat, sikap, ego, keras kepala, bodo amat, dan dalam segi wajah pun saya perhatikan memang seperti tidak ada perubahan. Coba saja lihat ini!


Joko Utomo
Joko Utomo


Saya sendiri pun mulai bingung dan merasa aneh dengan semua ini dan dengan kedatangan mantan yang sungguh sangat tidak aku duga-duga. Seperti anak panah beracun yang aku luncurkan tetapi pada akhirnya senjata makan tuan anak panah itu berbalik kepada pemiliknya. Mungkin dia tahu semuanya tentangku pada saat aku diluar sana seperti apa, tetapi aku yang tahu dianya diluar sana seperti apa justru aku lebih ke bodo amat dengan dia.

Dia tidak tahu masalah yang aku hadapi didalam keluargaku, begitu pun aku yang tidak tahu dengan masalah yang ia hadapi seperti apa dan seberat apa dalam keluarganya. Jika kita sama-sama tahu itu artinya kita sudah menjadi satu (nikah). Idih, itu mah keinginanmu saja Tom. Kamu saja yang berharap, tetapi dia tidak. Namun dari sini saya banyak belajar tentang kehidupan dari dia secara tidak sadar.

Pada awal kisah dia yang bucin, tetapi setelah ia tersakiti dan menghilang pergi bertahun-tahun dan sekarang datang kembali pada saat ia membaca kisah kita berdua di insta story saya, akhirnya kita baikan kembali dan karma (katanya) yang sekarang aku jadi bucin sama dia tetapi dia bodo amat. Kehidupan sudah berbeda, usia sudah tidak remaja.

Saya paham dengan maksudnya kalau cinta itu tidak mudah untuk dilontarkan seperti di masa remaja, apalagi yang kedua kalinya. Cinta di masa remaja itu ibaratnya cinta monyet kata pepatah. Yang artinya cinta di masa remaja itu walaupun hanya dengan ungkapan kata-kata manis semata tetapi sudah sangat bisa membuat hati berbunga-bunga. Mau jalan minta orang tua dan lain sebagainya.

Baca Review Blog Kafe MM - Penerus MWB (MyWapBlog)

Namun tidak dengan cinta di masa dewasa yang membutuhkan pembuktian nyata setelah terucapnya kata-kata. Cinta itu butuh modal. Modal hidup masing-masing sekarang dan masa yang akan datang, modal hidup kalau sudah berdua, modal hidup untuk kedepannya. Dan semua itu tidak bisa dianggap enteng dengan meremehkan kehidupan.

Saat ia bilang "kita ini sudah berumur Tom (hampir 25 tahun April nanti saya, dan dia Juni nya), masak iya kamu mau stuck saja disana tanpa ada perkembangan sedikitpun?" Saya bisa menyimpulkan dari kata-katanya bahwa maksud dia adalah kebutuhan. Maksudnya kebutuhan itu kita harus belajar dewasa memikirkan kebutuhan sekarang dan yang akan datang kalau memang saya benar-benar cinta dengannya. Tidak hanya celotehan kata cinta saja seperti masa remaja.

Ku akui, saya sangat kalah dewasa dengannya. Padahal umur kita sama, selisih 2 bulan saja. Namun umur bukanlah menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Sesama kaum adam saja saya sudah banyak menemukan contohnya. Apalagi laki-laki dengan perempuan. Pasti lebih cepat dewasa perempuan. Saya pernah membaca mungkin ini pendapat dari psikolog kalau wanita itu mulai dewasa di umur 20 tahunan, dan pria mulai beranjak dewasa pada umur 25 tahunan.

Dengan kata lain idealnya menikah seorang laki-laki dan perempuan di umur itu, nikah dibawah umur itu disebut nikah muda. Di usia itulah mereka mulai bisa berfikir lebih dewasa dari usia sebelumnya, saya sangat mengingat kata-kata ini dan saya juga setuju dengan opini ini. Karena saya mulai merasa dewasa di umur sekarang (24 hampir 25). Umur kemarin (lulus SMA - 23 tahun) saya serasa anak SMPan.

Kalau kalian mulai merasa dewasa diumur berapa? Boleh dong diceritakan sedikit kisahnya berawal darimana!

TOMTOMID
TOMTOMID Blogger | Gamer | Employee | Freelancer | Influencer | Player | YouTuber

4 comments for "Tolak Ukur Kedewasaan Seseorang Bukan dari Usia"


  1. Tolak ukur seseorang bisa dikatakan dewasa itu bukan dari usia yang bertambah seiring bergantinya waktu, bulan, dan tahun. Tetapi dilihat dari seberapa dia mampu memecahkan kategori kehidupan yang dia lalui dalam sebuah kehidupan baik kehidupan di masyarakat, lingkungan kerja, lingkungan sekolah, maupun lingkungan berumah tangga bagi yang sudah menikah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak Tari. Orang dikatakan dewasa lw mampu menyelesaikan masalah yang ia hadapi, tidak menghindari atau malah melemparkan masalah ke orang lain, justru kalau masih seperti itu ia masih labil dan kalau diteruskan sampai ia berkeluarga jadi sifat jelek nya. Nah, apapun masalahnya ia hadapi dan ia pecahkan dengan berani mengambil keputusan, berani belajar tanya sana sini, ngobrol dengan santai guna memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Menurut saya sih begitu kak, tidak selalu bergantung kepada orang tua atau orang lain, harus bisa mandiri, karena ia memiliki masa depan sendiri. Toh lw ia bergantung hanya untuk membantu memecahkan masalahnya, tidak sepenuhnya karena sudah beda urusan.

      Delete
    2. Setuju, namun orang tua hanya mengarahkan supaya si anak bisa melangkah menyusuri kehidupannya. Intinya, gak setiap anak memiliki mental yang kuat lho dalam artinya menghadapi jalan kehidupan karena ya jalan kehidupan diluar sana itu kejam .

      Delete
    3. He'em kak, bener banget. Harus ada yang mengarahkan, harus sering uga dikasih siraman rohani supaya tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak baik dalam menyelesaikan masalahnya.

      Delete

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bijak! Tidak promosi keyword atau kata kunci blog pribadi guna mencari keuntungan sepihak, dan komentar tidak keluar dari pembahasan konten artikel yang kalian baca!

Untuk menjalin kerjasama yang baik, hubungi TOMTOMID melalui kontak yang telah tersedia! Terimakasih.

Regards,

TOMTOMID