Kamu, Aku, dan Dia

Kamu, Aku, dan Dia
Kamu, Aku, dan Dia

 

Bertahun-tahun menyandang predikat jomblo membuat Jono mulai merasa kesepian dan berkeinginan untuk memiliki pasangan. Laki-laki 20 tahun itu ternyata sudah memiliki niat untuk serius terhadap wanita yang ia dekati nanti. Bahkan ia sudah menargetkan dirinya nikah pada umur 25 tahun dan jika sudah memiliki usaha sendiri. Keinginannya untuk menikah sebenarnya sudah terbayang pada saat ia kelas 11.

Jono merupakan anak lulusan SMA IPA. Pendidikannya tertunda selama dua tahun karena setelah SMP orang tua Jono sudah tidak sanggup lagi untuk membiayai sekolahnya jika ia harus melanjutkan pendidikannya. Selama dua tahun itu Jono bekerja ikut dengan saudara dekatnya dengan tujuan semata-mata bisa sedikit meringankan beban ekonomi keluarganya.

Baca : Kepalsuan Cinta

Setelah kurang lebih 3 bulan wisuda SMA, Jono masih saja dirumah belum bekerja.

Jika aku bekerja nanti bisa untuk membantu orang tua dan sedikit demi sedikit aku kumpulkan uang hasil kerjaku untuk melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri”, pikirnya ingin mandiri.

Karena keluarganya termasuk keluarga yang jauh dari kata mampu. Jika Jono bekerja, mau bekerja dimana dengan tidak ada skil hanya bermodalkan ijazah legalisir karena tunggakan biaya yang belum terselesaikan, akibatnya ijazah asli masih ditahan di sekolah. Itu karena selama kelas 12 sudah tidak lagi mendapatkan bantuan.

Suatu hari datang juga tawaran untuk bekerja saluran dari sekolahan di salah satu pabrik garmen menjadi operator. Dari sana ia berfikir :

Aduh, kenapa jahit sih? Ga ada yang lain apa?”, tanyanya dalam hati. Karena menurut dia menjahit adalah pekerjaan yang banyak dikerjakan oleh cewek.

“Malu dong. Gengsi dong”, pikirnya. Disekolah saja kalau jam pelajaran jahit cuma main-main.

Tapi pemikiranya tersebut dipatahkan, karena ada banyak cowok yang ternyata ikut menerima tawaran tersebut. Ia tergiur karena ada temannya dalam satu sekolahan ikut dan Jono sudah sangat dekat sekali, Bagas nama teman dekatnya waktu SMA.

Aduh, gimana ya? Kalau saya tidak mencobanya terlebih dahulu saya tidak akan pernah tahu dan minim sekali pengalaman nih. Lagian saya juga cuma dirumah tidak ngapa-ngapain, cari lowongan kerja susah, pengeluaran jalan terus dari orang tua. Kasihan lah orang tua. Dirumah terus ga ada kerjaan jadi pengangguran malah menjadi beban orang tua, padahal saya ingin sekali bisa meringankan beban orang tua dan membahagiakannya”, pikirnya panjang.

Akhirnya ia menerima tawaran tersebut :

Okelah, mau saya pak, mudah-mudahan cocok buat saya, tapi nanti kalau ada apa-apa saya hubungi bapak dan tolong dibantu dulu ya pak!” Bilangnya pada salah satu guru.

Disana Jono ngekost dengan teman-temannya satu rombongan. Sebenarnya ada kost-kostan campur cewek dan cowok murah hanya beda ruangan, dengan kamar mandi dan dapur umum. Namun ternyata rombongan cewek memilih untuk pisah dari rombongan cowok ngekostnya. Karena kebetulan pada saat itu penuh kostannya. Mau tidak mau mereka di oper ke kostan yang lain, malah lebih dekat kostan cewek menuju pabriknya.

Baca juga : Patah Hati

Dari dunia kost, Jono mulai kenal dengan cewek, sebut saja Tintin. Saat Tintin berada di dapur mencuci piring (habis makan), Jono melihatnya dan memberanikan diri untuk bertanya :

Habis makan ya mbak?”, basa-basi Jono.

Iya mas”, jawab Tintin.

"Boleh kenalan mbak? Namanya siapa?”, tanya Jono.

Boleh mas, nama saya Tintin. Mas nya siapa namanya?", tanya balik Tintin.

Oh, nama yang cantik mbak, secantik yang punya nama”, hehehe (sambil ketawa tipis), "saya Jono mbak, salam kenal dari saya yaa mbak”, jawab Jono.

Oke mas Jono, salam kenal juga”, Tintin sambil malu-malu.

Emm, boleh minta nomornya ga mbak?”, tanya Jono sambil grogi.

Oh, nomor ya mas? Anu mas, hp saya di kamar, saya ga hafal nomor saya, bentar saya ambil hp dulu dikamar setelah selesai ini mas”, ucap Tintin.

Oh, yaudah tidak apa-apa mbak, santai aja. Tapi boleh kan mbak?”, tanya Jono.

Boleh mas, boleh”.

Oke-oke mbak, aku tunggu sambil masak mie disini”.

Dari sini Jono mulai dekat dengan Tintin, dan mulai nyaman, hampir setiap saat SMSan.

"Tintin pun memiliki perasaan yang sama, karena dari awal kenalan sampai beberapa hari Tintin orangnya asik dan obrolannya pun nyambung", yakin Jono.

Kriteria cewek yang Jono cari kurang lebih seperti Tintin. Rajin beribadah, cantik, manis, kalem, baik, berambut panjang lurus seperti “Natasya Willona”, uiihh.... Jono menilai Tintin secara sekilas.

Jono menceritakan kedekatannya dengan Tintin sama Bagas teman dekatnya sejak SMA, semua perkembangan tentang dirinya dan Tintin ia ceritakan. Sampai Jono nembak Tintin tapi ditolak pun ia ceritakan. Entah apa yang membuat Tintin menolak Jono. Padahal Jono yakin sekali kalau cintanya bakalan diterima.

"Yasudahlah", pikir Jono.

Baca : Selamat Hari Ibu?

Alangkah sedihnya ternyata diam-diam Bagas merencanakan sesuatu di balik sesuatu yang Jono tidak tahu dan Bagas pun tidak memikirkan efek kedepannya bagaimana. Entah darimana Bagas punya nomor telepon Tintin. Mungkin melihat di hp jadul Jono yang pada saat itu pernah di pinjam sebentar oleh Bagas dan melihat-lihat isi pesan. Namun Jono tidak pernah menanyakan darimana ia mendapatkan nomor Tintin kepada Bagas.

"Ah, sudah lah, saya ga mau pusing. Udah capek baru pulang kerja malah ada masalah. Pantes tiap malam Bagas keluar sendiri tidak ngajak-ngajak saya, ternyata diam-diam ngapelin Tintin ya? Mentang-mentang kerjaan saya di dalam kost terus jarang keluar, terus saya dengan mudahnya di goblokin gitu?", tanya Jono dalam hati 

Yang mengejutkan lagi ternyata Bagas juga menyukai Tintin dan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan setelah Bagas mengetahui bahwa Jono ditolak cintanya oleh Tintin. Padahal pada saat itu ia sudah memiliki cewek di kost lain satu rombongan dengan dia waktu berangkat, Nika namanya.

Mereka jadian secara singkat setelah kenal beberapa hari. Waktu itu di lapangan futsal dalam pabrik yang sebenarnya Jono terlebih dahulu yang mendapatkan nomor Nika dari absen yang menyertakan nomor telepon. Namun setelah pulang kerja dan sudah sampai di kost secuil kertas nomor Nika diminta oleh Bagas. Jono pun zong cuma bisa mengalah. Entah ada apa dalam diri Jono sampai-sampai Jono tidak membela dirinya.

Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa Bagas dan Tintin sudah jadian. Alangkah hancurnya perasaan Jono setelah ia cintanya ditolak oleh Tintin, tapi Bagas teman dekatnya dan Tintin malah mengikatkan tali kasih dan sayang secara terang-terangan tanpa rasa malu. Padahal sudah jelas-jelas Bagas sudah punya Nika.

Baca : YouTube Down. Membuat Warga Media Sosial Gaduh

"Dia manusia bukan sih? Beraninya main belakang diam-diam tanpa punya rasa malu dan bersalah? Serakah sekali sih dia?", tanya Jono dalam hati.

Namun Jono bersikap lapang dada dan mencoba menerima dan memaafkan keduanya yang telah menyakiti perasaannya.

"Ternyata perasaan was-was ku dari dulu di SMA terbukti lagi pada saat itu", perasaan menyesal Jono sudah cerita banyak soal asmaranya. Waktu SMA juga sudah pernah terjadi hal serupa. Jono menyukai cewek siapa Bagas juga menyukainya.

"Namun kenapa rasanya sangat berbeda? Sakiiiitttt.... sekali hatiku", ucap Jono menangis dalam hati.

"Kalah cepat saja saya Bagas. Kamu cuma berapa hari kenal sudah bisa jadian. cowok macam apa kamu yang suka mempermainkan perasaan seorang wanita? Jika sudah bosan kamu tinggal. Kamu cuma senang dengan awal kedekatanmu, perjuanganmu mendapatkan seorang wanita, tapi setelah kamu mendapatkannya, kamu sia-saiakan mereka.", kesal Jono kepada Bagas.

"Sungguh keterlaluan Bagas bakal seperti itu kepadaku. Keduanya ga punya rasa malu" , sakit hati Jono kepada keduanya.

Hampir 3 bulan waktu telah berjalan dengan berbagai macam cobaan dan persoalan. Akhirnya satu per satu teman seperjuangan Jono menghilang dengan menyodorkan surat resign kepada HRD perusahaan.

Sebenarnya setelah persoalannya dengan teman dekatnya Bagas, Jono juga sudah bimbang dengan memilih bertahan atau melepaskan ikatan kontrak kerja. Namun Jono masih menunggu waktu yang pas buat resign juga dari perusahaan tersebut.

Dengan yakin akhirnya Jono memutuskan dengan berbagai pertimbangan yang ia sudah fikirkan matang-matang, bahwa ia akan resign setelah training atau masa percobaan kerja 3 bulan. Ia sengaja resign pada saat ia sudah bayaran yang ketiga kalinya. Setelah bayaran bulan kemarin masuk ke ATM pada sore hari atau malam biasanya.

Keesokan harinya Jono memutuskan untuk menemui HRD dan bilang bahwa ia akan resign. Akan tetapi perusahaan juga mempunyai aturan dan mungkin sama.  Jika mengajukan surat resign pada hari itu, maka HRD akan menandatanganinya 1 bulan setelah surat resign diterima HRD. Namun pada saat itu Jono sengaja tidak membuat surat resign namun hanya terus terang dengan keinginannya untuk resign pada hari itu juga.

Pagi hari Jono masuk kerja setelah malamnya sudah gajian, sehingga tidak ada lagi hitungan gantungan kerja.

"Tapi pasti saya nanti bakal kangen dengan orang-orang line PPA", batin Jono.

Baca : Cinta Pertama

Bu Rina (supervisior) yang bersuara lantang dan sering memarahi saya tapi sebenarnya dia baik orangnya, Dengan "Kacrut" (nama panggilan) atau Ika nama aslinya, dia adalah teman bercandaan Jono, objek rayuan Jono, soalnya Jono pernah menyanyikan 1 bait lagu dari Armada yang Surat Cinta Untuk Starla khusus buat dia dengan sedikit modifikasi kata rambut panjang diubah menjadi rambut pendek. Karena pada saat itu "Kacrut / Ika" berambut pendek, Jono menyesuaikan itu, walaupun akhirnya rekaman gitaran Jono yang sedikit ia plesetkan di kirim ke grup WA PPA, yang akhirnya mengundang tawa mbak Ika dan teman-temannya. Sedikit malu sih. Tapi asik.

Setelah beberapa saat Jono masuk kerja, akhirnya Jono bertekat bulat dan memberanikan diri untuk menuju ke ruang HRD dengan perasaan yang bercampur aduk. Sempat terjadi perdebatan Jono dengan HRD perusahaan yang intinya Jono di marahi HRD karena ingin resign pada hari itu juga tanpa membuat surat resign. Memang HRD benar menjalankan tugasnya dengan baik dengan mengikuti prosedur perusahaan yang telah dibuat.

Namun semua itu sengaja Jono lakukan buat bisa langsung keluar pada hari itu juga walaupun dengan sedikit memaksakan dan dengan sedikit meluapkan amarah. Jika Jono resign mengikuti prosedur perusahaan, dalam 1 bulan masa resign Jono bakal ketemu dengan mereka berdua lagi yang tambah membuat hancur perasaannya dengan sedikit rasa dendam kepada keduanya.

Akhirnya Jono pun dilepaskan oleh HRD dengan tidak dibekerjakan lagi mulai besok dengan pertimbangan memanggil Bu Rina sebagai supervisior nya. Mungkin Mbak HRD nya tak mau ambil pusing dengan kelakuan saya. Makanya saya diizinkan untuk resign pada saat itu juga tapi dengan satu syarat. Yaitu mengembalikan sperpart alat jahit (skoci, gunting, dan lain-lain) yang telah diberikan dari pabrik ke Jono dengan tanggal yang ditentukan HRD.

Namun setelah Jono resign dengan sedikit tidak terhormat dan sampai saat ini pun Jono belum juga mengembalikannya. Sebelum resign Jono sudah menyelesaikan persoalan hutang dan tanggungan yang lain, hanya satu itu yang membuat ia merasa bersalah. Karena sudah janji akan mengembalikan namun tidak ia kembalikan. Kejadian itu membuat Jono sering kali berfikir :

"Aduhh.. saya punya hutang tidak mengembalikan alat pabrik. Walaupun harganya tak seberapa, tapi saya sudah janji akan mengembalikannya, pasti nanti di akhirat akan jadi masalah nih", pikir Jono.

Setelah begitu banyak pahitnya kehidupan yang Jono rasakan, Jono pergi dan sudah mendapatkan pekerjaan pengganti dan berharap bisa move on dan tidak mengingat-ngingat lagi rasa sakit hati yang sudah terjadi.

Tamat.

TOMTOMID
TOMTOMID Blogger | Gamer | Employee | Freelancer | Influencer | Player | YouTuber

No comments for "Kamu, Aku, dan Dia"