Sisi Gelap Dunia Perkuliahan

Sisi Gelap Dunia Perkuliahan

Sisi Gelap Dunia Perkuliahan
Sisi Gelap Dunia Perkuliahan

TOMTOMID - Kampus merupakan lembaga pendidikan tingkat tinggi, tempat mahasiswa belajar dan berproses. Pernahkan teman-teman mendengar pernyataan : "kampus merupakan miniatur negara". Sama halnya seperti sebuah negara, kampus juga memiliki struktur hampir sama seperti negara. Ada DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) yang tugasnya hampir sama dengan DPR di suatu negara, ada pula PRESMA (Presiden Mahasiswa) yang tugasnya hampir sama seperti presiden atau pimpinan negara. Maka dari itu pada artikel ini penulis akan membahas seputar sisi gelap dunia perkuliahan. Check this out!

Sisi Gelap Dunia Perkuliahan

1. Pemilu Raya yang Tidak Sepenuhnya Jujur

Pertama, pemilu raya yang tidak sepenuhnya jujur. Sama halnya seperti negara, dalam perkuliahan juga akrab dengan politik. Bahkan mahasiswa juga memiliki partai politik yang nantinya setiap partai mengajukan kandidat terbaiknya untuk maju sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa lengkap dengan menteri-menterinya. Namun, selayaknya negara dalam pemilu ini ada selisih paham bahkan kecurangan di dalamnya. Salah satu calon kandidat biasanya merupakan mahasiswa yang sudah jelas akan menang dalam pemilu, sedangkan calon kandidat lain hanya sebagai formalitas untuk meramaikan pemilu. 

2. Bisnis Dosen

Kedua, bisnis dosen. Penting bagi mahasiswa baru mengetahui hal ini, dosen menjadikan mahasiswa sebagai sarana bisnis. Tidak semua memang, tapi yang seperti ini biasanya dosen. Jika jual beli dilakukan dengan cara yang baik dan jujur mungkin tidak akan menjadi sebuah permasalahan, tapi permasalahan terjadi ketika dosen berbisnis dengan cara licik. Waduh, kok bisa? Jelas bisa, dengan dibekali sebuah jabatan sebagai dosen yang mengatur nilai mahasiswa. Dosen-dosen licik biasanya memanfaatkan situasi ini dengan menjual buku modul tulisannya dengan harga yang relatif tinggi, selain untuk meningkatkan jabatan dosen juga sebagai ladang cuan.

Seringnya, dosen menggunakan nilai sebagai ancaman. Misalnya, bagi yang tidak membeli modul ini maka nilai UAS akan saya beri C dan harus mengulang semester depan. Siapa yang tidak ketar-ketir jika ancamannya seperti itu? Mau tidak mau mahasiswa terpaksa membeli modul dengan kualitas kurang bagus, kertas tipis dengan lem mudah lepas, tulisan yang asalnya dari copy paste Google, dan materi yang tidak lengkap. Jika bisa memilih, sebaiknya simpan uang teman-teman untuk membeli buku yang jelas isi dan materinya supaya tidak sia-sia dalam mengeluarkan uang.

3. Nilai Tergantung Mood Dosen

Ketiga, nilai tergantung mood dosen. Lagi-lagi akan penulis tekankan, tidak semua dosen seperti ini, tapi yang seperti ini pasti dosen. Betul, tidak terkecuali bahkan di kampus-kampus ternama sekalipun. Nilai-nilai mahasiswa bergantung pada mood dosen pengajarnya. Idih sok tau nih!

Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi, tugas yang dibuat dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan keinginan dosen, dan disiplin dalam mengumpulkannya, tapi menghasilkan nilai yang mengecewakan. Jadi, penting sekali menjaga mood dosen bagi mahasiswa. Walaupun hal tersebut tidak dibenarkan sama sekali, ya apa boleh buat? Karena tidak semua dosen menerima kritik, semakin dikritik semakin menjatuhkan.

4. Jabatan Turun-temurun

Keempat, jabatan turun temurun. Ada beberapa kampus yang tidak mau saya sebutkan mereknya yang menjadikan silsilah keluarga sebagai pejabat kampus. Sebut saja rektor yang nantinya akan merekrut pejabat-pejabat lain seperti wakil rektor, dekan, hingga kaprodi, dan staf-staf lain dari lingkungan keluarga. Jadi, jangan heran jika ada beberapa kampus yang memiliki julukan kampus keluarga.

5. Organisasi Rebutan Kader atau Pengurus

Kelima, organisasi rebutan kader atau pengurus. Tidak semua mahasiswa memiliki minat mengikuti organisasi, apalagi jika di suatu kampus hanya di huni oleh sedikit mahasiswa dan minat dalam berorganisasi sedikit. Setiap kader biasanya mengader mahasiswa-mahasiswa yang kiranya memiliki keunggulan dalam dirinya. Mengader di sini bisa dilakukan dimana saja, entah saat ngopi santai di tongkrongan, di koridor kampus, dimana saja atau bisa dikatakan seketemunya.

Berpura-pura mengajak ngobrol padahal ada maksud tersirat di dalamnya, apalagi jika bukan menghasut mahasiswa agar masuk ke dalam organisasinya. Ya, bagi mahasiswa yang mungkin masih belum paham harus lebih berhati-hati dalam memilih organisasi. Karena tidak semua organisasi baik bagi mahasiswa, ada organisasi yang tidak mendidik seperti sering telat dalam rapat padahal katanya organisasi mengajarkan manajemen waktu.

Kiranya sampai di sini pembahasan tentang dark side of the world of education (sisi gelap dunia perkuliahan). Setiap hal memiliki sisi buruknya masing-masing. Ambil hal-hal baik dari setiap kejadian, karena dari sesuatu yang buruk pasti ada hikmah dan pembelajarannya. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelekkan suatu oknum atau tempat, tulisan ini hanya sebagai tambahan informasi atau pelengkap karena kebanyakan blog menulis hanya sisi baik dunia perkuliahan. Padahal kita perlu mengetahui sisi buruknya agar lebih mawas diri alias berhati-hati.

TOMTOMID
TOMTOMID Blogger | Gamer | Employee | Freelancer | Influencer | Player | YouTuber

7 comments for "Sisi Gelap Dunia Perkuliahan"

  1. Memang sih, ada sisi gelap di dunia perkuliahan seperti yg diulas pada tulisan. Mudah2an intensitasnya bisa diperkecil, atau jika bisa ya dihilangkan ya.

    ReplyDelete
  2. Iya kak. Baru tahu juga kalau sistemnya ada yang begitu. Kita doakan yang terbaik aja deh yaa.

    ReplyDelete
  3. Nah, itu dia kak. Dari awal saja sudah turun temurun sisi gelapnya, jadi kebiasaan kan kalau sudah begitu. Seseorang akan melakukan sesuatu yang negatif pasti awalnya terpaksa. Karena kebiasaan kemudian biasa, lalu sering dilakukan akan menjadi terbiasa (kebiasaan yang mendarah daging).

    ReplyDelete
  4. Kalau masalah bisnis dosen kayak.y emng ngena deh, dulu disuruh beli buku tulisn dosen pengampu, wajib, padahal sebentny bisa minjem dari temen atau katin tapi yah gitu wajib, padahal masih ada kebutuhan kuliah lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar yaa, hampir menyeluruh yaa kak? Namanya bisnis tidak peduli dengan siapapun, penting cuan. Yaa kan? Bagus tapi jelek.

      Delete
  5. Nomor #3 itu sih yang sering terjadi ..
    Sisi gelap kampus yang lain ya, soal pelecehan dan kegiatan jual diri untuk biaya hidup dan biaya gaya hidup, istilah² ayam kampus.

    Belum lagi soal yang lain, mahasiswa dan narkotika juga gak jauh³, bahkan mahasiswa hukum saja laboratorium hukumnya ya dirinya sendiri, bermain hukum.

    Seperti ada itu anaknya pejabat, kuliah hukum di Univ swasta, pas keluljsan mungkin iseng nyoba sabu, ketangkep, masuk penjara, sidang dan putusan, ujung² nya ditebus bapaknya dan akhirnya dimasukin ke kantor bapaknya jadi honorer, kisah nyata itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau nomor 3 itu memang godaan untuk keduanya (dosen dan mahasiswa) lawan jenis biasanya. Karena yang butuh nilai mahasiswa, tentu mahasiswa tersebut merengek minta dikasih nilai yang bagus sama dosennya. Nah, dari sinilah godaan dosen yang sebenarnya. Jika dosennya tidak bisa menahan bisikan jahat, maka dosen akan memberikan syarat kepada mahasiswa untuk melayani niat jahatnya, agar mendapatkan nilai yang bagus.

      Dengan ancaman yang seperti itu, berat juga menjadi mahasiswa. Karena banyak pertimbangan juga, mungkin kalau tidak mendapatkan nilai yang baik, orang tuanya bagaimana, malu sama mahasiswa lain, dan lain sebagainya. Itu pilihan yang berat menurut saya. Jika tidak bisa menolak keinginan jahat dosen, yaa apa boleh buat. Kerusakan sudah dimulai. Yang awalnya terpaksa, nanti bisa-bisa menjadi terbiasa dan kebiasaan. Itu sangat berbahaya. Pendapat saya masih dalam tanda kutip yaa, tidak semua dosen dan mahasiswa seperti itu.

      Masalah narkotika itu juga berat. Karena kebanyakan yang tersandung kasus narkotika itu golongan anak muda dan banyak uang. Termasuk dalam salah satu yang harus dihindari.

      Iya. Saat ini banyak mahasiswa hukum malah tersandung atau harus berurusan dengan hukum, karena ia melakukan kesalahan. Yaa.. Karena itu bidangnya, kena masalah pun mudah. Karena sudah tahu solusinya bagaimana. Jika memang niatnya mau benar-benar taubat, tidak akan mengulanginya lagi, harusnya ia mau menerima hukuman yang telah dijatuhkan kepadanya. Sebagai tanda penyesalan dan memang benar-benar menyesal telah melakukan kesalahan tersebut, dan tidak ingin mengulanginya. Namun nyatanya? Terkadang hukum bisa dibeli. Miris kali.

      Delete

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bijak! Tidak promosi keyword atau kata kunci blog pribadi guna mencari keuntungan sepihak, dan komentar tidak keluar dari pembahasan konten artikel yang kalian baca!

Untuk menjalin kerjasama yang baik, hubungi TOMTOMID melalui kontak yang telah tersedia! Terimakasih.

Regards,

TOMTOMID